PlayStation 6 mungkin belum bisa kalahkan teknologi PlayStation 5
Berbeda dengan akhir 90-an dan awal 2000-an, perkembangan konsol game modern tidak seseru masa lalu.

Untuk gamers yang sudah merasakan industri gaming dari tahun 90-an, pastinya kalian selalu tak sabar saat sebuah perusahaan game meluncurkan perangkat keras baru. Soalnya, kita dapat melihat lonjakan yang signifikan antara satu generasi konsol game ke generasi selanjutnya.
Cukup sekali lihat, kamu sudah bisa membedakan dunia SNES dengan Nintendo 64 yang menawarkan pengalaman visual dan gameplay yang benar-benar berbeda. Begitu juga dengan era perpindahan dari PlayStation ke PlayStation 2, yang membuat semua orang terkesima.
Namun, seiring waktu, perbedaan antar generasi konsol semakin tipis, terutama sejak era Xbox 360 dan PlayStation 3. Dan sayangnya, mimpi buruk ini akan terus terjadi di masa depan.
Memasuki tahun kelima kehadiran PlayStation 5, rumor tentang kehadiran PlayStation 6 semakin santer terdengar. Namun, apakah Sony masih bisa mengandalkan peningkatan spesifikasi teknis sebagai alasan utama untuk menarik minat gamer membeli konsol terbaru mereka?
Secara teknis, game PS5 jelas lebih unggul dibandingkan generasi sebelumnya. Namun, detail bayangan yang lebih halus atau waktu loading yang lebih cepat tidak serta-merta membuat pengalaman bermain jadi lebih seru.
Banyak developer kini justru lebih mengapresiasi efisiensi dan kemudahan pengembangan di hardware baru, dibandingkan sekadar lompatan grafis. Seperti yang diungkapkan Akio Sakamoto dari Kojima Productions, transisi dari PS4 ke PS5 lebih terasa pada efisiensi performa dibandingkan perbedaan teknologi yang signifikan, seperti apa yang dilaporkan Digital Trends dan dikutip tim Tek.id (2/6).
Fenomena ini semakin diperparah dengan hadirnya model Pro di setiap generasi, yang membuat garis batas antara satu generasi konsol dan berikutnya semakin kabur. Contohnya, PS5 Pro harus benar-benar diperbesar detailnya agar perbedaannya bisa terlihat jelas.
Istilah seperti ray-tracing atau teraflop pun belum tentu dipahami oleh pengguna awam, apalagi jika perangkat display mereka belum mendukung fitur-fitur tersebut. Bukan berarti grafis sudah mencapai puncaknya. Akan selalu ada pengembangnan teknologi setiap tahunnya.
Setiap era selalu ada yang mengatakan “grafis sudah tidak bisa lebih baik lagi”, namun selalu terbukti salah. Sony tetap perlu menghadirkan PS6 dengan kekuatan maksimal, namun kali ini tidak bisa hanya mengandalkan spesifikasi teknis sebagai daya tarik utama.
Perangkat SSD di PS5 memang membawa perubahan, tapi di luar beberapa judul seperti Marvel’s Spider-Man 2, peningkatannya belum terasa revolusioner bagi kebanyakan gamer. Lalu, ke mana arah konsol masa depan seperti PS6? Kuncinya ada pada kenyamanan dan pengalaman bermain yang seamless.
Untuk Sony misalnya, mereka mulai mengarah ke sini dengan merilis game PC tanpa mengganggu penjualan konsol inti, serta menambahkan fitur cloud di PS Portal tanpa harus punya PS5. Rumor tentang perangkat handheld khusus juga menjadi langkah penting untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan gamer masa kini yang serba instan.
Pada akhirnya, apapun bentuk PS6 nanti, game dan pengalaman bermain tetap harus menjadi inti utama. Inovasi dalam gameplay, kebebasan bermain di mana saja, dan cara-cara baru menikmati game akan jauh lebih penting daripada sekadar istilah teknis yang rumit.
Generasi berikutnya menunggu kejutan yang belum pernah terpikirkan sebelumnya—dan itulah yang akan membuat konsol baru benar-benar layak dinantikan.